Sabtu, 29 September 2018

Contoh Kasus pada Anak Berkebutuhan Khusus di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

KASUS 1
         Jika ada yang sering “tantrum” , mendaftar ke tempat anda, sedangkan anda merasa belum pernah menangani kasus seperti itu, sementara hanya lembaga anda yang menyelenggarakan PAUD di Desa tersebut, sikap apa yang akan anda ambil terhadap anak tersebut.
JAWAB
- saya akan menerima anak tersebut ikut sekolah di sini jika memang secara usia fisik  & usia mental sudah memenuhi (secara keseluruhan). Adapun hambatan kecil dari tantrumnya akan dicoba untuk ditangani di sekolah.
- Saya sebagai guru akan mengajak kesepakatan dengan orang tua anak, karena pada beberapa interaksi & program penanganan, agak dibedakan, anak ini agak dispesialkan, terutama saat perilaku tantrumnya muncul nanti.
- Saya akan meminta persetujuan, jika suatu saat guru nampak kesukitan dlm penanganan, atau anak sama sekali belum menunjukkan perkembangan, agar orang tua berlapang dada anak nya dilepas di sekolah saya, demi kebaikan bersama.
KASUS 2
         Di tempat anda setelah 1 semester ternyata ditemukan anak yang hyperaktif. Jika sedang tantrum anda sendiri sebagai gurunya cukup kewalahan. Sampai menjelang perpindahan ke semester baru anda belum dapat mengendalikan anak tersebut. Jika menghadapi situasi seperti ini, apa yang akan anda lakukan?
JAWAB
- Dicoba dulu, anak semester kedua tetap ikut belajar di sekolah, tapi anaknya sambil ditangani oleh klinik atau lembaga khusus terapi ABK. Pada evaluasi akhir semester 1, saya akan menyarankan orang tua untuk ikut penanganan terapi di sebuah klinik, dokter, atau lainnya di semester dua. Disamping ditangani oleh klinik, sekolah juga akan ikut melakukan penanganan kepada anak. Sekolah akan berkomunikasi dengan pihak klinik (pihak ahli) perihal bagaimana tips penanganan anak hiperaktif saat di kelas.
- Jika dalam jangka waktu yang lama anak belum ada perkembangan pada kasus hiperaktifnya, maka secara bijaksana kami akan melepas anak kepada orang tuanya, dengan alasan kebaikan bersama. Sebab pihak sekolah juga perlu memberikan energi total bagi siswa siswi lain agar terperhatikan dengan fokus, sebagaimana kita ketahui bahwa para guru akan sangat terposir energinys untuk anak ABK ini, dan hal ini dapat merugikan hak-hak anak didik lain.
KASUS 3
         Di awal tahun ajaran anda sudah menerima anak dengan masalah “hyperaktif”. Ternyata setiap hari anak tersebut selalu membuat masalah, mencubit temannya hingga menangis, memukul temannya, memecahkan kaca jendela, dan banyak ulah lainnya. Akibat ulahnya tersebut ada beberapa orang tua yang mengeluh karena anaknya merasa terganggu oleh anak tersebut. Beberapa orang tua meminta anda untuk mengeluarkan anak tersebut. Sikap dan tindakan apa yang akan anda lakukan?
JAWAB
- Karena kondisinya sudah sedemikian tidak kondusif di kelas, maka keluhan para orang tua, akan saya sambut & respon dengan jawaban "Ya, kami akan merencanakan opsi untuk mengeluarkan anak berkebutuhan tersebut demi kebaikan anaak lainnya, karena memang hal demikian dapat mengorbankan hak hak anak lain untuk merasa nyaman saat di sekolah. Opsi memberhentikan anak ABK tersebut akan kami lakukan. Namun pelaksanaan opsi tersebut tidak secara langsung. Namun kami pihak sekolah akan memberikan seklai lagi kesempatan anak untuk mencoba mengikuti kegiatan belajar, tentunya dengan posisi belajar yang agak  dirubah dan berbeda dari sebelumnya. Kami akan memperbanyak jadwal individu anak (sendirian) dalam proses KBM. Nah, jika anak ternyata bisa berubah jadi kondusif (patuh, bagus ke temannya, fokus dlm belajar), maka anak tersebut tidak jadi kita keluarkan sebab sudah tidak merugikan anak yang lainnya. Namun, jika selama itu, anak masih menampakkan perilaku tidak kondusif, terutama sikap agresifnya, maka opsi "mengeluarkan" yang telah direncanakan akan kami lakukan, anak akan kami lepas dari sekolah.
- Dalam proses memberhentikan anak ABK tersebut, kami akan sampaikan kepada orang tua anak ABK ini tentang alasan alasan, data data perilaku anak, serta dampak buruknya pada banyak hal. Dengan alasan itu pihak sekolah terpaksa harus memberhentikan anak dari daftar siswa di sini.
- Kami juga akan sampaikan kepada pihak orang tua anak ABK, bahwa pihak sekolah sudah berusaha bersikap adil untuk memberikan hak hak belajar anak ABK ini, namun banyak ketidak efektifan di lapangan, sehingga kami harus menyerahkan anak kepada orang tuanya (dikeluarkan). Hal ini kami sampaikan agar ortu anak bisa faham posisi sekolah yang serba salah. Sehingga dengan demikian pihak ortu bisa memahami, dna tidak salah faham.
KASUS 4
        Jika di lokasi anda ada anak yang down syndrome, sikap dan tindakan apa yang akan anda lakukan untuk membantu anak tersebut dalam kegiatan belajar?
JAWAB
- Jika ada anak down syndrome di sekolah kami, kami akan mencoba mengetahui dulu, kondisi atau kadar down syndrome yang dialami anak. Apakah kasus nya ringan, ataukah sedang, ataukah berat.
- Untuk mengetahui kadar kasus di atas. Kami akan tanyakan kepada pihak orang tua, ttg hasil diagnosa tertulis anak, apakah diagnosanya termasuk ringan, sedang ataukah berat.
- Jika diagnosanya ringan, maka akan kami terima
- JIka diagnosanya sedang atau berat, maka kami tentu akan menolak hal ini, sebab kasus yang demikian di luar kemampuan kami untuk menghadapi kekurangan kekurangan yg ada pada anak. Seperti IQ yang di bawah dasar, perilaku interaksi yang masih buruk, kemampuan bicara yang belum ada, hal demikian sangat tidak relevan untuk mengejar kurikulum di sekolah tingkat PAUD.
- Namun, jika orang tua yang anak berat ini, mereka memberikan asumsi, bahwa "anak ku sekolah hanya ingin ikut sosialisasi saja, gak apa apa ketinggalan dalam banyak pelajaran pun"... maka jika ada asumsi begitu, kami bisa menerimanya. Namun tentu dengan banyak catatan dan kesepakatan. Ornag tua harus siap anaknya diperlakukan agak berbeda, orang tua harus siap anak mengalami perlakuan yang kurnag bagus dari anak lain yg belum faham, ornag tua harus siap jika para orang tua lain yang megalami ketidaknyamanan, dan ornag tua harus siap jika anaknya pada posisi sulit berkembang harus diberhentikan nanti. Jika orang tua sepakat dengan poin tadi, maka kami persilahkan untuk mengikuti KBM di sini.
KASUS 5
        Andi adalah seorang anak yang berusia 8 tahun. Dia telah terdaftar selama 2 tahun sebagai siswa di kelompok belajar anda. Berdasarkan informasi dari orang tuanya, hasil diagnose dokter menunjukkan bahwa kemampuan Andi setara dengan anak usia 3 tahun. Orang tua Andi meminta bantuan anda untuk melatih Andi agar siap masuk ke Sekolah Dasar pada tahun ajaran baru karena usianya sudah lebih dari 7 tahun. Apa sikap dan tindakan anda menghadapi situasi tersebut?
JAWAB
- Kasus Andi ini merupakan kasus anjloknya mental, (bagian dari kasus retardasi mental). Usia fisik 8 Tahun namun kemampuan mental baru 3 tahun. Itu artinya kita pendidik butuh menaikkan kemampuan mental andi minus 5 tahun itu (8-3 = tertinggal 5 tahun). Pertanyaannya, "apakah kita guru umum mampu mengejar ketertinggalan 5 tahun mental tersebut? apalagi tahun ajaran baru tinggal beberapa bulan ke depan. tentu tidak bisa, sebab mengobati ketertinggalan 5 tahun mental, itu tidak cukup 1 atau 2 tahun, tapi terbilang lama bahkan jauh lebih lama.
- Intinya, kita harus tegas dan realistis menjawab "maaf kami tidak bisa melakukan itu, sebab yang demikian merupakan kasus yang memerlukan waktu lama".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar